SEJARAH REOG PONOROGO
S
|
ejarah Reog Ponorogo tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin (Ponorogo). Berbagai versi tentang asal mula Kesenian Reog diantaranya menurut legenda Reog Ponorogo, konon seorang Raja bernama Prabu Klana Sewandana, penguasan Kerajaan Bantarangin berguru pada Ki Ajar Lawu di Pertapaan Gunung Lawu bersama adik seperguruan yang diangkat menjadi patihnya bernama Pujangga Anom yang mempelajari ajian Welut Putih dan Topeng Sakti. Dalam rangka penyempurnaan ilmu Pecut Samandiman, Prabu Klana Sewandana harus bersumpah untuk tidak bersetubuh dengan wanita, apalagi menjadikannya istri, komplik batin terus terjadi dalam dirinya. Apalagi para Mahaguru yang lain menghendaki ia harus mempunyai penerus dan pewaris kerajaannya. Pada saat yang sama ia jatuh cinta kepada seorang putri kerajaan Kediri bernama Dewi Sangga Langit, rasa cinta yang dalam membuatnya berani meminang Sang Putri. Cinta bertepuk sebelah tangan, Dewi Sangga Langit yang tidak menaruh rasa cinta kepada Prabu Klana Sewandana, memberikan persyaratan yang sangat berat kepada Sang Prabu untuk dapat memperistrinya. Sebagai syarat pertama, Prabu Klana Sewandana harus membuat terowongan bawah tanah dalam waktu semalam. Dengan meminta bantuan Patih Pujonggo Anom melalui kesaktian Ajian Welut Putih di berhasil membuat terowongan tersebut. Sebagai persyaratan kedua yaitu Dewi Sangga Langit meminta binatang yang berwujud satu badan dua kepala.
Setelah itu Patih Pujangga Anom membawa arak-arakan pasukan Bantarangin yang terdiri dari 144 prajurit berkuda (Jatilan) dan pasukan Kolor Sakti (warok) menuju Kerajaan Kediri melewati hutan belantara Alas Lodaya yang merupakan wilayah kekuasaan Singo Barong, sebuah perwujudan makhluk berkepala harimau dan berbadan manusia. Singo Barong mempunyai hewan kesayangan yaitu Burung Merak yang bertugas membersihkan kutu di kepalanya. Kemudian terjadilan peperangan antara pasukan Prabu Klana Sewandana dengan pasukan Singo Barong yang dimenangkan oleh pasukan Prabu Klana Sewandana. Dengan demikian syarat kedua telah terpenuhi.
Sebagai persyaratan ketiga, Sang Prabu harus menciptakan kesenian yang belum pernah ada di tanah Jawa sebagai iringan pernikahannya. Dengan menggabungkan berbagai alat musik gamelan di tanah Batarangin seperti ; Gong Beri, Kenong, Slompret (terompet) dll. Alat-alat musik tersebut pada awalnya berfungsi sebagai sandi atau alat komunikasi untuk mengumpulkan para penduduk misalnya Gong Beri dan Kenong / Kempul, sedangkan Terompet sebagai tanda penghormatan kepada Raja. Adapun Singo Barong dan binatang kesayangannya (Burung Merak) melengkapi seserahan Kerajaan Bantarangin. sumber Kantor Perwakilan Anjungan Jawa Timur.11/11/2009.
Parade Reog tahun 2009 di Anjungan Jawa Timur TMII dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2009, akan menggelar Jalan Sehat dan Parade Reog Ponorogo menampilkan 6 (enam) grup perwakilan Korwil se Jabodetabek dan dimeriahkan barisan Reog Ponorogo Korwil Bogor yang berfungsi sebagai cucuk lampah. Parade diselenggarakan Pada hari Minggu, tgl 15 Nopember 2009 pukul 09.00 Wib panggung terbuka Anj Jawa Timur Taman Mini “Indonesia Indah”
Adegan Tari dalam Kesenian Reog Ponorogo
Tari Singo Barong
Tari Kelana Sewandana
Tari Pujangga Anom
Tari Jatilan
Tari Warok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar